Bocah Kuli Angkut Berhati Mulia
03.01
By
Unknown
1 komentar
Air mataku berlinang. Hari itu, aku belajar sesuatu, tentang ketulusan, keikhlasan dalam kesediaan bersedekah, bahkan dalam keadaan sulit sekalipun, dari seorang Ajat, kuli angkut pasar Bogor.
Dream - Apapun yang terjadi dalam hidup adalah sebuah pelajaran dan ada hikmahnya. Ini yang dialami Dewi Sutedja di sebuah pasar tradisional di Bogor.
Saat itu Dewi berniat belanja dan bergegas ke pasar setelah mengantar anaknya sekolah. Tiba di sana, dia menyusuri lorong-lorong pasar.
Di tengah lorong itu, seorang bocah laki-laki lusuh mengahampirinya. Dengan ekspresi letih, dia menawarkan jasa untuk mengangkut barang belanjaan. Rasa iba membuat Dewi tak bisa menolak. Bocah itu mengikutinya sampai ke parkiran.
Tak disengaja juga lupa, dia kehabisan uang di dompetnya. Tidak ada sepeser pun recehan di mobilnya. Dia kebingungan dan berusaha mencari tempat mesin ATM terdekat. Dan ternyata tidak ada.
Bocah itu berdiri menatapku dan berkata pelan, "Kenapa, Bu?" tanya si bocah. "Adik, namamu siapa?" tanyaku. "Ajat, Bu". "Saya benar-benar tidak punya uang lagi sekarang ini untuk membayar upahmu mengangkut belanjaan. Bahkan untuk bayar parkirpun tidak ada," sahut Dewi.
Tiba-tiba, bocah itu merogoh tangan ke saku celananya. Dan menjulurkan uang Rp 2000,- ke Dewi. "Ibu pakai saja uang ini untuk bayar parkir." Mata polosnya menatapku. "Lalu upahmu bagaimana?". "Tidak usah, Bu. Tidak apa-apa. Saya ikhlas," jawab Ajat.
Dia terharu. Dia perhatikan betul tubuh kurus bocah itu. Rambutnya yang ikal lengket kemerahan sepertinya jarang di shampo, baju kaos dan celana pendek yang pudar. Kulit kusam hitam terbakar matahari. Dan Kaki tanpa alas dengan kuku-kuku menghitam tercemar tanah becek pasar Bogor.
Tapi dia punya mata bening yang bersinar damai. Bocah itu sungguh orang kaya yang tengah bersedekah.
Read more